12 Hari Demonstrasi, Kasus Covid-19 di AS Bertambah 250.000 Orang
Selama 12 hari aksi demonstrasi Black Lives Matter (BLM) berlangsung, jumlah kasus positif virus corona (Covid-19) di Amerika Serikat bertambah sekitar 250.000 orang dengan kasus kematian sebanyak 11.000 orang.
Pada Sabtu (6/6), data Worldometers mencatat kasus Covid-19 di Amerika Serikat (AS) sebanyak 1.988.544 orang, dan angka kematian mencapai 112.096. Sementara pada 26 Mei 2020, total kasus Covid-19 di AS tercatat sebanyak 1.738.149 orang, dan angka kematian mencapai 100.800.
Seiring dengan aksi demonstrasi yang berlangsung di hampir 700 kota di 50 negara bagian, jumlah kasus baru Covid-19 terus menyebar dengan belasan ribu kasus baru terdiagnosis setiap hari, disertai angka kematian yang terus meningkat.
Para demonstran mengabaikan aturan jarak sosial, bahkan tidak seluruhnya menggunakan masker untuk melindungi diri dari kemungkinan terinfeksi saat bergabung dalam aksi demonstrasi yang melibatkan kerumuman massa.
Para gubernur negara bagian AS mengungkapkan kekhawatiran terkait penyebaran Covid-19 yang meningkat seiring aksi demonstrasi BLM yang menuntut keadilan atas kematian George Floyd.
Apalagi peningkatan kasus terjadi seiring dengan mulai dibukanya kembali kegiatan bisnis yang dimaksudkan untuk menggerakan ekonomi AS yang hampir lumpuh akibat pandemi Covid-19.
Sejumlah gubernur mengkhawatirkan aksi demonstrasi memprotes pembunuhan George Floyd, akan membuat kasus Covid-19 segera melonjak, dan gelombang kedua pandemi di negara itu lebih cepat terjadi.
Gubernur New York, Andrew Cuomo, memperingatkan warganya untuk tetap melindungi diri, mengingat negara bagian itu merupakan pusat pandemi Covid-19 di AS dan terpukul sangat parah.
Andrew Cuomo baru saja memperluas upaya pembukaan kembali menyusul penurunan dramatis dalam kematian dan kasus baru Covid-19 di New York.
Menurut Andrew Cuomo, New York kini berada di jalur untuk memasuki “fase satu” pembukaan kembali pada 8 Juni 2020. Hal itu, memungkinkan perusahaan konstruksi dan manufaktur beroperasi kembali, serta perusahaan ritel dapat melakukan transaksi di pinggir jalan atau di dalam toko dengan mekanisme pick-up (jemput) dan take a way (dibawa pulang).
Di beberapa daerah di negara bagian New York, rumah ibadah akan diizinkan untuk dibuka kembali pada tingkat hunian 25% dengan “semua protokol jarak sosial” pada Minggu (7/6). Namun seiring dengan aksi demonstrasi BLM, Andrew Cuomo khawatir kasus dan kematian akibat Covid yang telah menurun di New York akan kembali meningkat.
Wisata
Di seluruh AS, beberapa pusat wisata dibuka kembali. Universal Orlando membuka kembali taman hiburan pada 5 Juni setelah ditutup selama hampir tiga bulan. Kasino terkenal Las Vegas juga dibuka kembali minggu ini.
Tapi pejabat kesehatan masyarakat telah menyuarakan keprihatinan bahwa demonstran dan polisi yang terlibat dalam gerakan BLM dapat memacu penyebaran Covid-19 dan mempercepat datangnya gelombang kedua pandemi.
Aturan sosial hampir pasti tidak isa diterapkan untuk aksi demonstrasi yang melibatkan ribuan orang. Bahkan penggunaan masker pun nyaris tak dipatuhi semua demonstran. Sejumlah pengamat mengatakan upaya polisi dalam membubarkan demonstran dengan menggunakan gas air mata dan semprotan merica pada pengunjuk rasa, meningkatkan risiko penyebaran Covid-19.
“Zat-zat ini menyebabkan batuk dan semprotan merica berbahan dasar minyak membuat lendir, air liur, dan air mata meninggalkan hidung, mulut, dan mata.” kata Dr Anthony Fauci, yang mempelopori respons AS terhadap Covid-19.
Fauci menyampaikan keprihatinan karena warga AS seolah mengabaikan bahaya dari virus Covid-19 yang belum ditemukan obat ataupun vaksinnya.
“Setiap kali saya mendengar atau melihat kerumunan orang banyak pada suatu waktu dan wilayah geografis di mana ada penularan infeksi aktif, itu adalah pengaturan yang sempurna untuk penyebaran virus dalam arti menciptakan blip yang mungkin berubah menjadi beberapa gelombang. Jadi saya sangat khawatir,” kata Anthony Fauci.
Dibaca 832 kali!